Pada suatu hari, ketika aku duduk di bangku panjang di sudut sekolah,
datang seorang cewek yang cantik, namanya Wulan. “hei.., lagi ngapain
?”, “lagi baca-baca aja” jawabku. “Rio, Wulan boleh tanya nggak ?” dia
bertanya lagi padaku. “boleh, Wulan mau tanya apa ?”
“gini, tadi ada cowok yang nembak Wulan, belum Wulan jawab sih, Wulan mau minta pendapat Rio dulu”
Aku heran, kenapa Wulan minta pendapatku, padahal aku hanya sahabatnya. Aku kembali bertanya “memangnya siapa cowok itu ?”
“Rian..”,
dengan wajah gembira Wulan menjawab. Tanpa pikir lagi, aku pun langsung
berkata “terima aja Lan, toh dia kan ganteng, baik, dan pujaan cewek
lagi”
“yang bener yo.., ia deh, Wulan terima aja”.
Akhirnya,
Wulan pacaran dengan cowok itu. Semulanya aku nggak merasakan apa-apa,
tapi beberapa hari kemudian, setelah Wulan pacaran dengan cowok itu, aku
merasa kesepian. Rasanya aku kehilangan sesuatu, biasanya aku selalu
bersama-sama dengan Wulan, tapi sekarang tidak lagi. Memang ia sih,Wulan
itu seorang cewek yang cantik, manis dan selalu menjadi rebutan
cowok-cowok di SMA, tapi dia adalah sahabatku yang baik yang selalu
menemaniku, yang tidak memandangku dari sisi manapun.
Ketika aku
berjalan menuju kekantin, terlihat sesosok Wulan bersama cowoknya sedang
bermesraan. Jantungku pun langsung berdetak kencang seperti jam gadang
yang terletak di Padang. Timbul rasa cemburu di hatiku, aku nggak tahu,
kenapa aku bisa begini. Kemudian aku duduk di pojok kantin dengan di
temani segelas air jas jus, dia pun datang dan duduk di kantin itu juga
bersama cowoknya.
“ah, sialan.., jantungku berdetak kencang lagi” kataku dalam hati.
Wulan
tidak menegur aku, dia hanya melihat saja, aku pun tidak menegurnya.
Kemudian aku pergi dari kantin itu dengan wajah yang agak kusam, mungkin
aku telah jatuh cinta dengannya sehingga aku merasakan api cemburu yang
begitu besar di dadaku. Setelah itu aku nggak pernah lagi bertemu
dengannya.
Dua bulan kemudian…,
Pada suatu malam, ketika aku
sedang menulis cerpen, terdengar suara cewek yang memanggilku di depan
rumah, “Rio.., Rio.. ?” aku langsung bergegas keluar rumah.
“lo..,
kok Wulan nangis, kenapa ?” tanyaku.“Wulan sedih Rio.., cowok Wulan
selingkuh” Wulan menjawab dengan nafas yang tersenggat-senggat dan
memeluk tubuhku. Aku pun terkejut dan berkata “kan udah Rio bilang,
Wulan nggak usah percaya sama cowok itu !”
“ia.., ia.., Wulan menyesal Rio” kata Wulan.
“udah,
sekarang Wulan pulang ke rumah aja, jangan pikirkan cowok itu lagi,
masih banyak kok cowok yang suka sama Wulan” kataku dengan harapan bisa
mengambil hatinya.
“nggak.., Wulan mau disini aja, Wulan nggak mau pulang…, nggak mau”
Kami pun duduk di kursi panjang yang ada di depan rumahku.
“ya
udah, sekarang pejamkan mata Wulan dan rasakan angin yang berhembus.”
Wulan pun memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya ke pundakku,
beberapa menit kemudian dia tertidur. Aku nggak bisa tidur, aku
menjaganya dari malam sampai pagi, setelah Wulan bangun, aku langsung
mengantar ke rumahnya.
Setelah kejadian malam itu, Wulan kembali
baik denganku bahkan lebih dari biasanya. Kami selalu bersama, baik di
sekolah maupun dirumah. Di saat semua kesenangan itu terjadi, orang
tuaku pindah tugas ke luar negeri, aku pun terpaksa harus mengikuti
orang tuaku. Aku nggak ke sekolah beberapa hari sebelum berangkat dan
aku nggak memberitahu soal ini kepada Wulan. Ketika aku mau pergi, aku
hanya menulis sepucuk surat kepadanya, yang aku titip kepada satpam
rumahku.
Wulan pun beberapa hari ini mencariku di sekolah, dia tidak menemukan aku di sekolah, akhirnya dia pergi kerumahku.
“pak..! Rio nya ada nggak ?” tanya Wulan.
“Den Rio nya baru aja pergi neng”
“pergi kemana pak ? kok nggak bilang-bilang”
“Den Rio pindah ke luar negeri, orang tuanya pindah tugas, ini surat dari Den Rio.”
Wulan langsung membaca isi surat itu.
Salam manis,
Mungkin
saat Wulan membaca surat ini, Rio udah nggak di sana lagi. Rio sekarang
pindah ke luar negeri, karena orang tua Rio pindah tugas. Rio tahu,
wulan pasti sedih…, tapi apa boleh buat, mungkin kita nggak di takdirkan
bersama.
Sebenernya.., dari dulu Rio sudah suka sama Wulan, cuma Rio
nggak punya keberanian untuk ungkapin. Rio hanya sampah, Rio bukan
siapa-siapa, Rio culun, Rio kuno…
Mungkin dengan kepergian ini, Rio bisa melupakan Wulan. Mudah-mudahan Wulan bisa dapet sahabat baru yang lebih baik dari Rio…
Sahabatmu..
Minggu, 09 Oktober 2011
pacarku sahabatku
03.33
reza fajrullah MA CILENGA
No comments
0 komentar:
Posting Komentar