Setalah genap sebulan aku jadian dengan Bayu, aku semakin yakin kalau
aku nggak salah pilih dan benar-benar sudah menemukan belahan jiwaku,
cinta sejatiku, cahaya hidupku, Bayu adalah segalanya bagiku. Aku
mencinta dia dan akan selalu menyayangi dia untuk selamanya. Saat ini
aku merasa puas karena penantian, dan usahaku selama ini berbuah
kebahagiaan.
Telah sekian lama aku merasa menanti Bayu menjadi
milikku seutuhnya. Akhirnya, cerita cintaku saat ini sudah happy ending,
tingal sekarang aku dan Bayu yang menjalaninya. Dulu kami sering
sekali bertengkar, hanya karena hal-hal kecil, kadang kami sampai ribut
nggak menentu. Dulu sebagai teman, kami memang bukan teman yang cocok,
kami saling menjatuhkan dan saling membenci. Tapi sekarang, benar kata
orang-orang, kalau kamu membenci seseorang janganlah kamu sampai
terlalu, dan hasilnya sekarang perasaan itu menjadi kebalikan bagi aku
dan Bayu, justru kami sekarang saling mencintai dan menyayangi. Tapi
yang jelas, aku juga nggak mau kehilangan Bayu, aku takut juga kalau aku
terlalu mencintai dan menyayangi dia, bisa jadi aku dan dia akan
terpisahkan.
“Hei Ela, kamu lagi ngapain? aku kangen deh sama kamu..”
“Halo Bayu, kan baru kemarin kita ketemu, kamu gimana sih?”
“Ela, kamu baik-baik ya di sana, jaga diri kamu dan jangan pernah lupakan aku ya sayang.”
“Kamu ngomong apa sih Bayu? Kamu ngigau ya?”
“Nggak,
maksud aku yah kamu jangan macam-macam di sana, kan di kampus kamu
banyak banget tuh cowok-cowok keren, ntar ada yang godain kamu lagi,
trus kamu lupain aku.”
“Ha-ha.....ha-ha.... ya nggak dong sayang, aku
nggak akan tergoda sama cowok-cowok di kampus ini, nggak ada yang kayak
kamu di sini, dan yang aku mau tuh cuma kamu seorang.”
“Hei, kamu udah pintar ngegombal yah, siapa yang ajarin, ayo ngaku?”
“Bayu,
kamu apaan sih?! Udah deh, aku mau kamu kasih aku kepercayaan untuk
berteman dengan teman-temanku. Asal kamu tau aku berterima kasih banget
selama ini sama Tuhan karena aku udah bisa memiliki kamu.”
“Iya Ela, dan asal kamu tau juga cintaku lebih besar dari yang pernah kamu bayangkan selama ini.”
Satu
hal inilah yang selalu ditakutkan Bayu, dia selalu bilang aku akan
tergoda oleh cowok-cowok di kampus, sementara aku nggak begitu? Justru
akulah yang paling takut Bayu yang akan berpaling dariku, dia akan pergi
meninggalkanku selamanya, dan cintanya hilang untukku. Bayu sekarang
kerja di salah satu perusahaan asing terkemuka di kota ini, sebagai
cowok kalau kita melihatnya dengan kesan pertama, dia adalah cowok yang
diimpi-impikan semua cewek, karena Bayu punya segalanya, dengan modal
wajah yang tampan, prilaku yang baik, kerja yang mapan, akupun takut dia
akan pergi dariku, kalau seandainya ada cewek yang lebih menarik
dariku, lebih sederajat dengan dia.
Bayu menggenggam tanganku
erat sekali, aku merasakan kenyamanan saat dia memegang tanganku. Aku
merasakan cintanya begitu kuat untukku. Saat kami masuk ke sebuah toko
buku, Bayu bilang dia akan membelikan aku sebuah buku sastra yang dulu
sudah pernah dibacanya dan sekrang dia ingin aku juga membaca buku itu.
Setelah Bayu membayar buku tersebut, Bayu langsung menyerahkannya
padaku. Aku kaget membaca sinopsisnya, ternyata buku itu berisi tentang
kekuatan cinta yang tulus, yang akhirnya terpisahkan oleh maut, dan
bagaimana sakitnya hati seorang kekasih saat menghadapi peristiwa
kematian itu.
“Bayu, kenapa kamu kasih aku buku kayak gini?”
“Ela,
aku pengen banget kamu baca buku ini, karena kalau kamu baca buku ini,
kamu bakal lebih mengerti lagi apa itu cinta sejati, kamu akan merasakan
betapa sangat berartinya orang yang mencintai kamu, pokoknya ceritanya
bagus deh, kamu pasti nggak bakalan nyesal kalau baca buku ini, dan
setelah membacanya, aku juga yakin kamu akan semakin sayang sama aku,
he-he... he-he ...”
“Ih, kamu!! Ke-GR-an banget sih kamu, masa cuma gara-gara baca buku ini aku bisa semakin sayang sama kamu.”
“Eh, benaran, percaya deh sama aku. Kalau nggak, ntar kamu boleh musuhin aku lagi deh kayak dulu.”
“Bayu!! Kamu ngomong apaan sih, ya udah-udah, aku baca bukunya, kamu kira aku bakalan senang yah kalau kita musuhan lagi.”
Bayu
aneh sekali hari ini. Tadi siang dia ngomong yang nggak-nggak di
telpon, dan malam ini dia juga menyuruhku membaca buku yang isinya aneh,
tentang kematian. Tiba-tiba saja jantungku berdegup kencang, kata
kematian terasa terngiang-ngiang di telingaku. Entah kenapa aku semakin
ketakutan, takut akan kematian, takut akan kehilangan. Peganganku
semakin aku kuatkan ke pinggang Bayu, aku peluk pungungnya dan aku
sandarkan wajahku ke sana. Aku merasakan lagi kalau aku bersama Bayu,
saat ini mungkin Bayu sedang tersenyum karena dia merasakan cintaku
besar untuknya.
Sambil mengenderai motornya, sesekali dia menoleh
ke belakang untuk melihatku, Bayu seperti orang yang was-was. Aneh, di
sepanjang jalan aku terus kepikiran. Dan akhirnya bunyi keras dan
goncangan hebat membuat aku kaget, nggak hanya goncangan, tapi sakit
yang luar biasa di kepalaku, aku merasakan pusing serasa dunia ini
berputar sangat kencang sekali, penglihatanku kabur, aku berusaha untuk
menyadarkan diriku sendiri, apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba aku
melihat Bayu yang sedang tidur di jalanan, samar-samar aku melihat dia
seolah-olah tidur nyenyak, aku merasa mimpi, mana mungkin Bayu tidur
di jalan, perasaan baru tadi aku boncengan dengan dia. Aku berjalan
mendekati dia, tapi orang-orang yang ramai lebih dulu menghampiri dia,
aku semakin kesakitan, aku nggak kuat lagi dan akhirnya yang aku lihat
hanya kegelapan.
“Ela, kamu nggak apa-apa sayang, ini Mama.”
Aku
pandangi wajah Mama. Dia seperti orang yang ketakutan, aku melihat
sekelilingku, tiba-tiba aku baru sadar, selintas kejadian tadi malam
teringat lagi olehku.
“Ma, Bayu mana? Dia baik-baik aja kan?”
“Ela, nanti aja, kamu istirahat dulu, kamu masih sakit sayang.”
“Nggak Ma, Ela nggak merasa sakit apa-apa, sekarang Ela mau lihat Bayu, dimana dia Ma?”
“Ela, luka kamu belum kering betul, tadi kamu terus-terusan ngigau kalau kamu ngerasain sakit.”
“Ma,
Ela nggak ngerasa sakit, benaran, nggak tau kenapa Ela ngerasa sehat
dan kuat Ma, sekarang pokoknya Ela mau ketemu Bayu, pasti saat ini dia
butuhin Ela banget.”
“Ela, saat ini Bayu nggak butuh siapa-siapa
lagi, dia udah aman Ela, dia udah tenang di sana, sekarang udah bahagia
dengan kehidupannya sendiri, ada yang menjaga dia di sana.”
“Apa? Apa
Ma, maksud Mama? Mama bohong!! Ela nggak percaya, nggak mungkin, nggak
mungkin itu terjadi sama Bayu, dia udah janji Ma nggak akan pernah
ninggalin Ela, dia sayang Ela, Ela sayang Bayu Ma .... nggak, nggak
mungkin....
Teriakanku membuat semua suster datang ke tempatku,
mereka berusaha menenangkanku, tapi aku nggak bisa, air mataku mengalir
terus tiada hentinya, salah seorang suster baru saja akan memberiku
suntikan penenang, tapi cepat-cepat aku elakkan.
“Tolong jangan
suster, saat ini aku nggak butuh itu, aku hanya ingin menangis, aku
nggak rela, aku marah sama Bayu, kenapa dia berani pergi ninggalin aku,
padahal dulu dia udah janji nggak akan pernah pergi dariku, tapi kenapa
Bayu bohong, kenapa sekarang justru dia pergi selamanya, dan aku tau dia
nggak akan pernah kembali lagi kan untukku? Kenapa kamu tinggalin aku
Bayu?”
“Ela, ini udah takdirnya, waktu Bayu udah habis di dunia,
kamu jangan pernah marah sama Bayu sayang. Kamu harus yakin kalau
sekarang Bayu udah bahagia di sana.”
“Ma, kenapa justru Bayu, kenapa
buka Ela aja yang ada di sana? Ela mau kok Ma, Menggantikan Bayu, karena
Ela sayang sama Bayu Ma, atau biarkan Ela untuk bersama dia sekarang,
Ela pengen menyusul dia Ma, Ela nggak mau hidup di dunia ini tanpa dia,
percuma Ma, percuma kalau nggak ada Bayu di sini, hidup Ela nggak ada
arti apa-apa.”
Dengan cepat suster-suster itu memegang seluruh
tubuhku, dan sesaat kemudian aku tertidur, di alam mimpi Bayu datang
padaku. Dengan pakaian yang serba putih Bayu tersenyum padaku, dia
berjalan mendekatiku, dia kelihatan senang sekali, seolah-olah dia
mendapatkan kebahagiaan yang baru, yang tiada duanya di dunia, melihat
Bayu terus-terusan tersenyum, rasanya aku ingin sekali ikut bersama dia,
ikut merasakan kebahagiaan yang dia rasakan saat ini. Aku berusaha
memeluknya dan menggenggam tangannya, dia membalas pelukanku, dia
mendekapku, kembali aku meerasakan kenyamanan bersamanya, aku merasakan
dia memberiku kekuatan, ketegaran, dia membelai rambutku dengan penuh
rasa sayang, tapi pelan-pelan dia melepaskanku, dia justru menjauh
dariku, semakin jauh, jauh dan hilang dari penglihatanku.
Saat
aku sadar, aku menangis lagi, aku bukan menangis karena menahan sakit
pada kepalaku, tapi aku menangis karena hatiku yang terasa amat sakit.
Sekarang dunia bagiku terasa kelam, hujan nggak hanya membasahi bumi,
tapi hujan membasahi kehidupanku, hatiku seolah-olah nggak berhenti
menangis, menangisi orang yang telah pergi untuk selama-lamanya, dia
nggak akan pernah kembali lagi.
Tiba-tiba mataku tertuju pada
buku yang ada di atas meja, aku baru ingat kalau itu adalah buku yang
dibelikan Bayu kemarin. Aku buka satu demi satu halaman buku itu,
beberapa menit kemudian aku tenggelam dalam ceritanya. Aku menangis
membaca buku itu, sekilas aku seolah-olah melihat wajah Bayu tersenyum
di langit yang mendung di luar sana.
Entah kenapa sekarang aku
kembali merasakan kekuatan itu, kekuatan cinta yang diberikan oleh Bayu,
aku merasakan dia ada di dekatku, merangkulku, menenangkanku, aku dapat
merasakan cinta dan sayangnya. Bayu, aku sangat mencintai dan
menyayangi kamu, aku yakin kamu bahagia di sana, walaupun kamu sudah
pergi dari kehidupanku, tapi kamu nggak akan pernah pergi dari hatiku,
kamu abadi untukku, Bayu. Aku akan buktikan, kematianmu nggak akan
pernah mengakhiri cintaku.***
--------------------
Cerpen
Sedih diatas Karya: Eka Fransiska. Bagaimana pendapatmu tentang cerpen
cinta diatas, berikan isi pikiranmu melalui kotak komentar dibawah ini.
Minggu, 09 Oktober 2011
tanpa kekasih
03.35
reza fajrullah MA CILENGA
No comments
0 komentar:
Posting Komentar